December 25, 2008

Kenapa kita berbantahan?

Kenapa Kita Berbantahan?


Mungkin judulnya agak provokatif, namun coba bila kita sebagai Ulul Albaab mau merenung sejenak, kemudian coba tengok sejenak keragaman dalam Pelangi. Pelangi dikatakan Indah karena didalamnya berpadu berbagai warna yang unik sehingga menghasilkan keindahan, setiap warna tidak melakukan annihilasi, atau memaksakan agar pelangi berubah menjadi satu warna. Bahkan walaupun pelangi terdiri atas 7 Warna, namun ketika yang tampak dominan hanya Merah, Kuning dan Hijau, warna lainnya tidak protes, namun tetap menjadikan dirinya sebagai bagian dari pelangi tersebut untuk saling menguatkan.

Bila kita mau menilik profil para sahabat yang menurut Sayyid Quthb dikatakan sebagai Jailun Quraniyyun Fariid ” generasi Quran yang unik ”, disebut demikian karena mereka menjadikan Quran sebagai referensi tunggal. Padahal ada beragam pemikiran yang mewarnai kehidupan mereka yang tentunya kalau meninggikan Ego, maka akan terjadi pertumpahan darah. Untuk ini kita bisa mengingat Sirah nabawiyyah yang terkait dengan Bani Aus dan Kahzraj.

Sepertinya kita harus banyak belajar dari Pelangi. Pelangi tidak bersikukuh untuk menyatukan berbagai warna unik yang ada dalam tubuhnya sehingga pelangi memiliki ciri tersendiri dengan warna unik yang beragam, seandainya warna tersebut dileburkan maka bukan pelangi namanya dan sudah pasti tidak indah dilihat.

Pertanyaanya, maukah kita menjadi bagian dari pelangi yang menciptakan warna unik sehingga menjadikan pelangi terlihat semakin indah dan enak dipandang.

Pelangi menjadi indah justru karena adanya perbedaan. Pelangi menjadi indah karena masing-masing warna tidak saling mendominasi, tapi justru mereka saling mengisi dan bersinergi. Setiap warna menjalankan peran masing-masing.

Mari tadaburi Taujih Rabbani dalam Al Qur'an.

"Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu." (QS. 8 : 46).

Keteguhan hati, dzikrullah, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, apabila diikuti dengan berbantah-bantahan maka yang akan terjadi adalah kegagalan dan hilangnya kekuatan.

Dalam perang Badar, Allah menampakkan kepada kaum Muslimin bahwa jumlah kaum Musyrikin itu berjumlah sedikit, sehingga Allah menjaga mereka (pasukan muslimin) dari perselisihan dan berbantah-bantahan. Dalam ayat sebelumnya Allah SWT berfirman,

"Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah menyelamatkan kamu." (QS. 8 : 43).

Sedangkan dalam perang Uhud, Allah tidak memberikan kemenangan untuk kaum muslimin. Pada saat perang Uhud itu, terjadi perselisihan di barisan kaum muslimin. Ada sebagian di antara mereka yang menginginkan segera mengambil harta rampasan perang dan meninggalkan pos yang diperintahkan (padahal perang belum selesai), dan sebagian lagi bersiteguh agar tetap diposisinya sebagaimana yang telah diperintahkan.

"Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat." (QS. 3 : 152).

Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa akibat dari perselisihan itu adalah kekalahan yang menimpa SELURUH pasukan, bukan hanya menimpa sebagian orang-orang yang berselisih itu.

Lalu bagaimanakah sebenarnya untuk menghindari berbantah-bantahan dan perselisihan itu?

"Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. 42 : 38).

Rasulullah sendiri melakukan musyawarah. Namun syura yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bukan dilakukan dalam hal-hal yang mempunyai nash yang makna dan kandungannya tegas, karena dalam rangka memenuhi perintah Allah dan memberi pelajaran serta bimbingan kepada kaum muslimin.

Dalam amal jama'i, setiap kita bebas mengemukakan taushiyah, pandangan dan saran yang berguna kepada pemimpinnya atau bahkan kepada golongan lain, namun semua itu bukan dalam posisi memaksakan kehendak.

Dalam perang Badar, beliau meminta pendapat kaum muslimin. Seorang sahabat yang bernama Al Habab bin Mundzir mengusulkan untuk mengubah strategi berperang. Lalu Rasulullah menerima pendapat itu seraya mengatakan, "Kamu telah mengemukakan pendapat yang baik." Rasulullah SAW juga menerima usulan para sahabatnya dalam Perang Uhud. Meskipun kaum muslimin mengalami kerugian dalam perang itu, namun Al Qur'an tetap menekankan pentingnya musyawarah itu. Dalam ayat Al Qur'an dikatakan, "Maafkanlah mereka, mintalah ampunan bagi mereka, dan ajaklah mereka bermusyawarah." (QS. Ali Imran: 159).

Jika kaum muslimin mengalami kerugian dalam sebuah pertempuran sementara syura telah menjadi prinsip di tengah masyarakat mereka, maka hal itu seribu kali lebih baik ketimbang mereka menyerahkan urusan mereka kepada penguasa zalim yang otoriter dan memperbudak. Syura adalah memiliki nilai tinggi, wajib diikuti, dan bagian tak terpisahkan dari agama Islam. Syura bukan hanya berlaku bagi salah satu pihak saja, melainkan bagi seluruh anggota. Sehingga diharapkan ketika seluruhnya mentaati hasil syura, tidak akan ada lagi pertentangan dan berbantah-bantahan.

Maka dari itu, bilamana diantara kita terdapat perbedaan, janganlah kita memaksakan diri untuk menyatukan perbedaan tersebut, tapi mari kita coba sinergikan perbedaan yang ada hingga perbedaan tersebut menjadi keindahan & keunikan dalam dinamika kehidupan kita, yang justru akan menguatkan kita.

Mari kita mainkan peran kita masing-masing. Sibukkan diri dengan peran yang kita emban. Janganlah kita malah sibuk memikirkan, membicarakan dan menilai peran orang lain hanya dari sudut pandang Ego kita sendiri. Tentunya selama perbedaan tersebut tidak dalam domain Aqidah Islamiyyah

Wallahua'lam

No comments: