February 19, 2009

Ketika mereka ada .... disisi kita .... untuk kita ....

Para ibu, umi, bunda dan saudariku yang shalihah…

Ketika sepasang suami istri memulai sebuah perkenalan ( ta’aruf ), dilanjutkan khitbah dan pernikahan mereka dengan cara yang ma’ruf, yakni dengan harapan untuk lebih mendekatkan diri kepada Rabbnya semata, maka ketika itulah sebenarnya pasangan tersebut sudah mulai menentukan potensi spiritual calon anak-anak mereka untuk cenderung kepada fithrahNya. Pendidikan pada diri seorang anak sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum sang anak memiliki tubuh dan kesadaran manusiawinya.

Potensi ini akan terus berlanjut saat seorang anak terbentuk dalam kandungan. Ketika setetes mani telah tertanam dalam rahim seorang ibu, menjadi segumpal darah, segumpal daging, tulang belulang kemudian terbungkus kembali dengan daging, hingga terbentuklah tubuh yang telah ditiupkan ruh kepadanya.

Dalam masa ini, pada umumnya seorang ibu akan merasakan perubahan pada dirinya, dari mulai menurunnya ketahanan fisik hingga psikisnya. Namun jika seorang ibu mampu memerangi dirinya untuk senantiasa menjaga kesehatan fisik, stabilitas emosi serta tidak menjadikan kondisi kehamilannya sebagai alasan untuk menuruti setiap keinginannya, maka sesungguhnya ia sudah pula membentuk karakter dasar tangguh pada sang calon anaknya. Begitu pula sebaliknya. Karakter dasar ini, jika terus menerus dibina hingga dewasa, akan amat menentukan bagi mampu tidaknya sang anak memerangi dan menundukkan hawa nafsunya sendiri.

Dua tahun pertama dalam kehidupan sang bayi adalah saat-saat ketika ia diperkenalkan kepada sifat Allah Yang Maha Pengasih. Dalam fase ini pun cara untuk mendidik seorang bayi adalah dengan mulai mengetahui tugas perkembangan fisiologisnya, mengenali bagian-bagian tubuh, cara memfungsikannya, serta memahami keberadaan orang-orang disekitarnya tentunya dengan cara penuh kelembutan.

Jika pun seorang bayi melakukan kesalahan, maka belumlah bisa ia disalahkan, seperti sifat Maha Pengasih dan Maha Pemurah Allah yang tidak memandang kesalahan sebagai faktor yang akan menghapus karunia untuknya ( karena orang-orang yang memiliki dosa pun tetap dikaruniai makanan, minuman dan tentunya kesempatan untuk memperbaiki diri ).

Rasa inilah yang akan cenderung mengembangkan sifat yang optimis dan positif, serta akan memudahkannya untuk menjadi seorang yang senantiasa hidup dengan penuh prasangka baik terhadap Allah beserta alam ciptaanNYa.

(bersambung – Insya Allah.red )

( untuk seorang bunda shalihah….selamat berjuang membentuk kader-kader militan untuk da’wah Islam….)

No comments: