November 19, 2008

Kerjasama Multikultural

Kerjasama Adalah Kunci Untuk Ciptakan Multikulturalisme

www.muhammadiyah.or.id

Machhendra Setyo Atmaja

14 November 2008

Yogyakarta- Multikulturalisme adalah gerakan menghargai akan perbedaan yang terjadi antar negara, dalam hal budaya, kewarganegaraan, bahasa, warna kulit, ras, agama, demikian disampaikan Dr. Bambang Cipto Dosen program doktor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (14/11/2008).“Misalnya negara Amerika yang telah dikenal oleh setiap orang, tempat berkumpulnya masyarakat di setiap negara, dahulu masyarakat Amerika terutama kulit putih sangatlah membeda-bedakan mengenai kewarganegaraannya. Sekarang sudah agak lebih baik, mereka sudah terbuka pikirannya, bahwa suatu negara hanya dihuni warga kulit putih tidak akan maju, dampaknya sekarang terpilihlah Barack Obama menjadi presiden Amerika ke-44 yang berkulit hitam,” ungkap Bambang yang akan menyampaikan makalah mengenai “Citizenship, Islam and Multiculturalism” dalam simposium Internasional yang diadakan di University of Western Sydney (Australia) tanggal 5 Desember 2008.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Senat UMY mengatakan, Islam sangatlah mengahargai perbedaan, dan tidak mempermasalahkan multikulturalisme. Di dalam Al-Qur'an juga tertulis kita diciptakan berbangsa-bangsa berbeda satu sama lain, supaya kita bekerjasama. Bambang Cipto terpilih menjadi pembicara pada symposium tersebut, karena membawa nama Islam, khususnya Muhammadiyah (organisasi Islam terbesar di dunia), Muhammadiyah dikenal oleh masyarakat muslim asing adalah contoh mayoritas muslim di Indonesia yang menerapkan multikulturalisme pada kehidupan.

Bambang Cipto menambahkan, masyarakat luar negeri sangatlah menginginkan kehidupan seperti yang telah terjadi di Indonesia. Kehidupan yang damai, dan saling hidup berdampingan antara agama satu dengan agama yang lain, seperti Kristen, Hindu, Budha, dan Protestan, ujarnya. Bambang juga menekankan, budaya interaksi, kerjasama, dan mengenal satu dengan yang lain adalah kunci hubungan antar bangsa untuk menciptakan multikulturalisme. Di dalam Islam, masih ada muslim yang membeda-bedakan mengenai ajaran, seperti Islam liberal yang beranggapan hidup berdampingan dengan non muslim itu haram, pikiran konservatif, dan kolot seperti itu tidak akan terpakai di era globalisasi seperti sekarang ini.(mac)

No comments: